Belitang II, KMe – Bayi baru lahir biasanya identik dengan tangisan pertama dan senyum bahagia keluarga. Namun, di balik itu ada ancaman serius yang kerap luput dari perhatian: Hipotiroid Kongenital (HK), kelainan bawaan yang bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak seumur hidup.
Untuk itulah, UPTD Puskesmas Totorejo gencar melaksanakan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). Skrining ini sederhana—cukup dengan mengambil beberapa tetes darah dari tumit bayi berusia 48–72 jam—namun manfaatnya luar biasa. Dari uji ini bisa diketahui apakah bayi memiliki risiko HK sehingga dapat segera ditangani.
“Kalau dilakukan sejak dini, anak bisa tumbuh normal. Tapi kalau terlambat, dampaknya permanen: tubuh cebol, kesulitan bicara, bahkan keterbelakangan mental,” jelas Poppy Sandra, SKM., MM, Kepala UPTD Puskesmas Totorejo.
Program SHK di Totorejo tidak hanya menunggu bayi datang ke puskesmas. Dengan strategi jemput bola, petugas kesehatan bekerja sama dengan para bidan mandiri untuk mendatangi warga. Layanan ini diberikan gratis, agar tidak ada alasan orang tua melewatkan pemeriksaan penting ini.
Di lapangan, program ini dijalankan oleh Kade Sukartini, Am.Kep, perawat terlatih yang sehari-hari memegang program SHK. Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke Laboratorium RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Hasilnya bisa dipantau secara transparan melalui aplikasi E-SHK.
Dengan pendekatan humanis ini, Puskesmas Totorejo berharap tak ada lagi anak di wilayahnya yang tumbuh dengan keterlambatan hanya karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah sejak lahir. (Red)
Discussion about this post