YOGYAKARTA, KMe – Tawa, sorak, dan semangat sportifme mewarnai Alun-Alun Kidul Yogyakarta, Minggu (24/8). Lebih dari 300 siswa dari 11 Sekolah Luar Biasa (SLB) se-DIY berbaur dalam Festival Olahraga Disabilitas, bagian dari rangkaian ASEAN Sports Day (ASD) 2025.
Sejak pagi, para peserta sudah memenuhi area. Ada yang sibuk mempersiapkan diri untuk lomba Boccia, ada pula yang tak sabar menjajal papan catur, sementara kelompok lain mencoba cornhole dengan riang. Semua larut dalam satu suasana: olahraga tanpa sekat.
Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Sri Wahyuni, mengaku terharu melihat antusiasme mereka.
“Olahraga ini milik semua orang. Tidak ada batasan, semua punya hak yang sama untuk sehat, bugar, dan berprestasi,” ujarnya di tengah keramaian.
Tak hanya kompetisi, festival ini juga menghadirkan Tes Kebugaran khusus bagi penyandang disabilitas. Dari sini, kondisi fisik peserta bisa diketahui sehingga pembinaan ke depan lebih tepat sasaran.
Sementara itu, Samsudin, Staf Ahli Bidang Regulasi Kepemudaan dan Keolahragaan, berharap momentum ini tak berhenti di seremoni semata.
“Kita ingin budaya olahraga tumbuh di semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Itu adalah bagian dari semangat inklusi yang harus dijaga,” tegasnya.
Festival ini menjadi salah satu magnet utama dalam perayaan ASD 2025 di Yogyakarta, selain senam massal, heritage ride, dan permainan tradisional. Lebih dari sekadar ajang olahraga, kegiatan ini menghadirkan pelajaran berharga: perbedaan bukanlah halangan untuk berlari bersama menuju sehat dan bahagia. (Red)
Discussion about this post