OKU Timur, Kiri Media – Di banyak tempat di OKU Timur, sekolah-sekolah berdiri di antara hamparan sawah, kebun karet, dan jalan tanah. Namun dari ruang-ruang belajar sederhana itu, lahir semangat besar yang kini menggema hingga tingkat provinsi. Tahun ini, delapan guru dan tenaga kependidikan dari Kabupaten OKU Timur berhasil meraih penghargaan dalam Ajang Apresiasi GTK Tingkat Provinsi Sumatera Selatan 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi Sumatera Selatan.
Keberhasilan itu menjadi cermin bagaimana dedikasi dan profesionalisme para pendidik di daerah ini terus tumbuh, meski dihadapkan pada keterbatasan sarana dan jarak yang luas antarwilayah.
Menyala dari Ruang Kelas Sederhana
Di ujung timur kabupaten, seorang guru sekolah dasar di Jayapura bernama Feri menggerakkan literasi lokal sebagai bagian dari pembelajaran sehari-hari. Dari cerita rakyat, lingkungan sekitar, hingga kegiatan sosial di kampung, semua dijadikan bahan belajar yang dekat dengan kehidupan anak-anak. Karyanya kemudian mengantarkan OKU Timur menjadi Juara 1 GTK Dedikatif Guru SD tingkat provinsi.
Sementara di jenjang menengah, Gede Mudita dari SMP Negeri 2 Semendawai Timur turut menorehkan capaian yang sama sebagai Juara 1 GTK Dedikatif Guru SMP. Ia mengembangkan pembelajaran kontekstual yang menanamkan nilai kepedulian dan karakter lingkungan kepada para siswa, menjadikan sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang tumbuh kepedulian sosial.
Menanam Nilai Sejak Dini
Pada jenjang taman kanak-kanak, Fitriani dari TK IT Taqwa berhasil membawa pulang Juara 1 GTK Dedikatif Guru TK. Ia dikenal menanamkan nilai-nilai keislaman dan kemandirian sejak dini melalui metode bermain berbasis proyek yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Capaian itu bukan hanya tentang prestasi pribadi, tetapi juga representasi dari arah baru pendidikan anak usia dini di OKU Timur yang lebih berakar pada nilai dan karakter.
Para Penggerak di Balik Transformasi
Tak hanya guru, para pengawas dan tenaga kependidikan pun turut mengukir prestasi.
Wiwik Asih, pengawas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan OKU Timur, menjadi Juara 1 GTK Transformatif Pengawas Dikdas berkat pendekatannya dalam membangun komunitas belajar guru.
Sedangkan Victor Mochamad Arief dari SD Negeri 9 Martapura menorehkan Juara 1 GTK Transformatif Tenaga Administrasi Sekolah setelah berhasil mengembangkan sistem tata kelola administrasi digital sederhana yang kini diadopsi oleh sekolah-sekolah lain di wilayahnya.
Pada kategori kepala satuan pendidikan, Meita Yaraoh dari KB SS Cut Mutia meraih Juara 2 GTK Transformatif Kepala PAUD, dan Ani Marlinda dari TK PG Komering menyabet Juara 2 GTK Dedikatif Kepala TK.
Dua nama lain, M. Barcenur dari SD Negeri 1 Batumarta VII dan Subekti dari SD Negeri Karang Kemiri Belitang, masing-masing menjadi Juara 3 GTK dan Kepala Sekolah Pelopor Komunitas Belajar (Kombel), simbol dari semakin kuatnya budaya kolaborasi antar pendidik di OKU Timur.
Buah dari Sistem yang Bertumbuh
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan OKU Timur, Ir. H. Dodi Purnama, S.T., M.M., mewakili Kepala Dinas Wakimn, S.Pd., M.M., menyampaikan bahwa capaian ini merupakan hasil dari proses panjang dan sistem pembinaan yang semakin solid.
Menurutnya, dukungan, pelatihan, serta kolaborasi dengan BGTK Sumatera Selatan menjadi fondasi penting dalam memperkuat kompetensi guru dan tenaga kependidikan di daerah.
“Keberhasilan ini sekaligus menegaskan bahwa transformasi pendidikan di OKU Timur bukan lagi wacana, melainkan gerakan nyata yang tumbuh dari bawah dari sekolah, komunitas, dan semangat para pendidik sendiri,” katanya.
Pendidikan yang Tumbuh dari Hati
Ajang Apresiasi GTK 2025 bukan sekadar lomba. Ia adalah ruang perayaan atas kerja-kerja senyap yang selama ini jarang tersorot: guru yang menembus pelosok, kepala sekolah yang berinovasi dengan sumber terbatas, hingga tenaga administrasi yang menggerakkan efisiensi sekolah dengan alat seadanya.
Dari Jayapura hingga Martapura, dari ruang kelas sederhana hingga panggung kehormatan di tingkat provinsi, para pendidik OKU Timur telah menunjukkan satu hal, bahwa pendidikan sejati tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari ketulusan.
Mereka bukan hanya pengajar, tapi penjaga cahaya, memastikan bahwa setiap anak, di mana pun ia berada, tetap memiliki kesempatan untuk bermimpi dan belajar.
Redaksi

Discussion about this post