Kiri Media – Penunjukan Fenus Antonius sebagai Ketua Tim Formatur pembentukan kepengurusan DPD Partai Amanat Nasional (PAN) OKU Timur menandai babak baru dalam perjalanan partai berlambang matahari terbit itu di tingkat daerah. Secara mekanisme, posisi tersebut secara otomatis menempatkan Fenus sebagai Ketua DPD PAN OKU Timur untuk lima tahun ke depan, sebuah tanggung jawab politik yang lebih besar dari sekadar formalitas organisasi.
Fenus bukan wajah dalam politik di Sumsel dan di tubuh PAN. Ia dikenal sebagai kader dengan rekam jejak panjang, berdisiplin, dan konsisten dalam garis perjuangan partai. Namun, menjadi ketua tim formatur bukan hanya urusan menyusun struktur, melainkan membentuk arah politik dan kultur baru di internal partai. Dari sinilah ujian sebenarnya dimulai, mengubah loyalitas kader menjadi kekuatan politik yang solid, bukan sekadar kumpulan nama di daftar kepengurusan.
Di bawah kepemimpinan Fenus, PAN OKU Timur menghadapi dua tantangan utama. Pertama, mengkonsolidasikan basis internal yang selama ini terfragmentasi akibat dinamika perebutan posisi dan perbedaan loyalitas antar generasi kader. Kedua, membaca ulang peta kekuasaan lokal yang saat ini masih didominasi partai besar seperti Golkar dan Gerindra yang memiliki akses kuat ke lingkar pemerintahan daerah. Dalam konteks itu, Fenus harus memainkan politik cerdas, tidak frontal, tapi juga tidak tunduk.
Kehadirannya sebagai ketua formatur sekaligus calon ketua DPD memberi harapan baru bagi banyak kader muda yang selama ini merasa partai berjalan di tempat. Fenus dikenal dekat dengan kalangan masyarakat sipil, aktivis, dan profesional muda. Modal sosial ini, jika digerakkan dengan arah politik yang jelas, bisa menghidupkan kembali roh perjuangan PAN sebagai partai yang lahir dari semangat reformasi dan keberpihakan rakyat.
Namun jalan politik tidak pernah datar. Relasi antara PAN dan pemerintah daerah akan menjadi panggung pertama bagi Fenus untuk menunjukkan arah kepemimpinannya. Apakah PAN akan mengambil posisi sebagai mitra kritis yang konstruktif, atau sekadar pelengkap koalisi kekuasaan? Di sinilah karakter Fenus diuji, sejauh mana ia mampu menjaga keseimbangan antara idealisme dan realitas politik.
Lima tahun ke depan akan menjadi fase penentuan. Jika Fenus Antonius mampu memadukan disiplin organisasi, keberanian moral, dan ketegasan arah politik, maka PAN OKU Timur bisa bangkit menjadi poros alternatif kekuatan rakyat di luar dominasi lama. Namun jika gagal menegaskan posisi, PAN berisiko kembali ke pola lama, hidup di spanduk, tapi absen di lapangan.
Politik daerah tidak memberi banyak waktu bagi yang ragu. Dan bagi Fenus Antonius, posisi sebagai ketua tim formatur adalah awal dari tanggung jawab besar, bukan sekadar membentuk struktur, tapi membentuk arah sejarah baru bagi PAN OKU Timur.
Penulis : Redaksi
Discussion about this post