OKU Timur, Kiri Media – Alih-alih bisa berkonsentrasi penuh membawa nama daerah di ajang bergengsi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumsel 2025, sejumlah atlet asal Kabupaten OKU Timur justru disambut kenyataan pahit saat tiba di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).
Tempat istirahat yang sempit dan tak layak ditempati membuat para atlet mengeluh. Mereka mengaku harus tidur bergantian karena jumlah penghuni mencapai lebih dari 20 orang dalam satu rumah.
“Bagaimana kami bisa tampil maksimal kalau istirahat saja tidak nyaman? Tempatnya sempit, dan kami harus tidur bergantian,” keluh salah satu atlet yang enggan disebutkan namanya, melalui pesan whatsapp, Selasa (14/10/2025).
Padahal, para atlet dari cabang olahraga basket, voli, dan renang telah berangkat pagi dari OKU Timur dan baru tiba sore di Muba. Mereka berharap bisa segera beristirahat, namun harus beradaptasi dengan kondisi darurat.
Informasi yang diterima menyebutkan, penginapan resmi baru bisa digunakan pada 17 Oktober, sementara jadwal pertandingan dimajukan menjadi 15 Oktober. Kondisi ini memaksa kontingen mencari tempat sementara di luar rencana awal.
Klarifikasi Ketua KONI OKU Timur
Menanggapi keluhan tersebut, Ketua KONI OKU Timur, Didik Franzhardi, memberikan penjelasan bahwa situasi ini terjadi karena perubahan jadwal mendadak dari panitia Porprov.
“Itu tempat sementara karena jadwal pertandingan dimajukan, jadi harus cari tempat lain dulu. Nanti tanggal 17 Oktober pindah ke hotel,” jelas Didik kepada media.
Ia juga menambahkan, para atlet baru tiba sore hari bersama perlengkapan tidur, sehingga perlu waktu untuk menata ulang penginapan darurat tersebut.
“Mereka baru didatangkan sore ini barengan dengan kasur dan lainnya. Jadi memang harus ditata dulu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Didik menjelaskan bahwa seluruh atlet akan diinapkan di Hotel Sky Paragon sesuai rencana semula, namun jadwal pertandingan yang dimajukan tiga hari membuat mereka harus menanggung biaya tambahan yang tidak tercantum dalam anggaran resmi.
“Tahun ini atlet akan diinapkan di Hotel Sky Paragon, cuma karena jadwal dimajukan tiga hari sebelum hari H, kami harus mencari tempat sementara. Ini di luar anggaran yang sudah diajukan dari awal,” ungkapnya.
“Bahkan saat bimtek di Palembang kemarin, tim hukum mempertanyakan bagaimana pertanggungjawabannya, karena memang beda dengan usulan awal,” tambah Didik.
Antara Komitmen dan Kenyataan
Sebelum keberangkatan kontingen, Bupati OKU Timur, H. Lanosin, S.T. (Enos), sempat melepas ratusan atlet dengan pesan agar mereka menjaga semangat dan membawa pulang medali kehormatan untuk daerah. Dalam beberapa kesempatan, Bupati juga menegaskan komitmennya mendukung penuh dunia olahraga, mulai dari pembinaan atlet muda, pemberian reward bagi peraih medali, hingga penyediaan beasiswa kuliah gratis bagi atlet berprestasi.
Namun, situasi yang terjadi di Muba ini memperlihatkan jurang antara komitmen moral dan kesiapan teknis di lapangan. Dukungan moral tanpa kesiapan logistik bisa membuat perjuangan atlet justru terhambat sejak awal.
Porprov seharusnya menjadi ajang unjuk prestasi dan semangat daerah, bukan arena ujian kesabaran bagi atlet yang sedang berjuang membawa nama OKU Timur. Karena pada akhirnya, kemenangan bukan hanya soal medali, tapi juga soal bagaimana pemerintah daerah menempatkan martabat atlet sebagai prioritas.
Redaksi

Discussion about this post