OKU TIMUR, Kiri Media — Di halaman Mapolsek Belitang I, Desa Gumawang, Senin (3/11/2025), deretan tongkol jagung tampak menguning sempurna. Di antara barisan batang yang nyaris sebahu orang dewasa itu, AKBP Adik Listiyono, S.I.K., M.H., Kapolres OKU Timur, menunduk memetik satu per satu hasil panen. Bukan sekadar jagung, melainkan simbol dari sebuah program besar yang kini sedang tumbuh di bawah bendera ketahanan pangan nasional.
Kegiatan bertajuk Tatap Muka dan Panen Jagung Bersama Forkopimcam, Kades, PPL, Bulog, dan Gapoktan Kecamatan Belitang itu memperlihatkan wajah lain kepolisian, bukan semata penegak hukum, tetapi juga penggerak sosial dan penjaga lumbung pangan rakyat.
Di antara tamu yang hadir, tampak perwakilan dari unsur Forkopimcam, kepala desa, penyuluh pertanian lapangan, hingga Bulog. Mereka berdiri di sisi petak lahan ±0,5 hektare milik Polsek Belitang I—lahan kecil yang kini menjadi ruang belajar bagi petani dan aparat untuk bergandengan tangan di tengah isu krisis pangan global.
Kapolsek Belitang I, AKP Johan Syafri, S.E., menyebut langkah ini bukan proyek simbolik.
“Kami ingin setiap desa punya satu hektare lahan pangan yang bisa digerakkan bersama masyarakat. Ini kerja gotong royong, bukan proyek satu arah,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Kapolres OKU Timur, AKBP Adik Listiyono, menautkan pesan tentang pangan dengan isu sosial yang lebih luas. Ia menyebut, program Satu Desa Satu Hektar bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga moral publik.
“Ketahanan pangan itu bagian dari ketahanan nasional. Tapi kita juga harus menjaga ketahanan sosial, tertib, aman, bebas dari narkoba dan kebisingan yang tak perlu,” katanya.
Pesan itu merujuk pada imbauan agar masyarakat tidak lagi menggunakan musik remix dalam acara hajatan. Musik yang dianggap mengundang kerumunan dan kerap menjadi pemicu tindakan kriminal serta peredaran narkotika.
“Kalau panen adalah hasil dari kerja keras, maka keamanan adalah hasil dari kedisiplinan,” ucap Adik Listiyono.
Dukungan terhadap gerakan pangan lokal juga datang dari pihak Bulog OKU Raya yang memastikan siap menampung hasil panen jagung masyarakat. Dengan begitu, program kepolisian ini tidak berhenti di lahan percobaan, tetapi memiliki rantai keberlanjutan yang jelas dari tanam hingga serap hasil.
Perwakilan Camat Belitang, Jarohani, S.E., menyebut langkah ini sebagai “model kerja kolektif” antara negara dan rakyat di tingkat akar rumput.
“Sinergi seperti ini yang kita butuhkan di tengah tantangan ekonomi desa,” ujarnya.
Di akhir acara, Kapolres OKU Timur menyerahkan bantuan sosial bagi masyarakat disabilitas, yatim piatu, dan warga kurang mampu di wilayah hukum Polsek Belitang I. Panen jagung pun berubah menjadi momentum kepedulian pangan dan kemanusiaan tumbuh di lahan yang sama.
Kegiatan berakhir sekitar pukul 11.30 WIB. Tidak ada euforia berlebihan, hanya sisa aroma tanah basah dan tumpukan jagung segar yang menandai: di Belitang, kepolisian tidak hanya menjaga hukum, tapi juga menanam harapan.
Redaksi
Discussion about this post